Berbicara
tentang kreatif, pasti tak akan pernah habisnya. Kita tahu bahwa kreatif itu
tidak hanya dimiliki oleh orang yang memang terlahir dengan bakat kreatif.
Tetapi siapa saja pasti bisa memperoleh jiwa kreatif, hanya saja mungkin kita
tidak terlalu peduli akan hal tersebut sehingga menghambat diri kita untuk
memiliki jiwa kreatif. Padahal jiwa kreatif akan membuat kita bisa berbeda
dengan orang lain dan bisa mengembangkan kreativitas yang membuat kita tumbuh
dari perpaduan unik antara ciri
kepribadian dan kecerdasan pribadi yang menjadikan kita berbeda dengan
orang lain. Untuk mempelajari cara mengembangkan dan meningkatkan kreativitas,
terlebih dahulu kita mulai dengan mengembangkan jiwa kreatif.
Memahami pentingnya jiwa kreatif, oleh karena itu, kali
ini saya akan berbagi bagaimana cara memperoleh jiwa kreatif. Saya mengumpulkan
cara-cara tersebut yang saya kutip dalam sebuah buku karya Jordan E. ayan (Bengkel kreativitas).
Apa maksud jiwa kreatif? Kita tahu bahwa kreativitas
bukanlah semata-mata suatu fungsi kemampuan intelektual atau ketrampilan
khusus. Menurut Jordan ada empat unsur pembentuk jiwa kreatif yang dinamakan
dengan istilah C.O.R.E (cari tahu, olah keterbukaan, resiko, energi). Keempat
unsur tersebut merupakan inti jiwa kreatif dan sebenarnya keempat unsur tersebut
sudah melekat pada diri kita sejak kita lahir. Tanpa sifat tersebut kita pasti
akan sulit untuk menjadi kreatif atau menjalani hidup secara kreatif.
Baiklah, untuk lebih memahami mari kita kupas satu
persatu dari CORE
1.
Cari
Tahu
Cari tahu ini biasanya dengan
bertanya. Rasa ingin tahu adalah kebutuhan utama jiwa kreatif. Tanpa adanya rasa ingin tahu, apa
yang bisa kita lakukan, kita berikan. Sebagaimana kita tak ingin tahu untuk
menjadi orang kreatif. Rasa ingin tahulah yang terus mendorong seseorang untuk
menyelidiki atau mempelajari suatu bidang baru atau mencari cara melakukan
sesuatu dengan cara yang lebih baik. Rasa ingin tahu mendorong kita untuk
berkarya, bereksperimen dan membangun. Karena rasa ingin tahu juga
ilmuwan-ilmuwan bisa menghasilkan sebuah penemuan besar.
Coba kita renungkan pada masa kita
masih kecil rasa ingin tahu kita pasti sangat kuat apa-apa pasti bertanya
bahkan membuat orang marah karena terlalu banyak bertanya. Padahal itu memang
wajar namanya aja anak-anak. Namun ketika kita dewasa rasa ingin tahu itu
menurun drastis. Itu disebabkan karena sikap pasrah kita, sehingga kita
menganggap kita tidak bisa dan mematahkan semangat untuk belajar, dan merasa
itu tidak penting dan buang-buang waktu saja. Selain itu rasa takut juga bisa
menghalangi kita memanfaatkan situasi dan tempat baru.
Hilangnya
rasa ingin tahu sebagian besar disebabkan oleh rasa malas, tidak ada waktu
karena banyak hal lain yang bisa dilakukan sehingga muncullah jawaban “nanti
saja”. Akan tetapi dengan menghilangnya rasa ingin tahu, hilang pula sebagian
besar kemampuan berkreasi. Bila kita hanya menjalani kehidupan seperti biasanya
dan hanya mengikuti alur, maka tidak akan memunculkan ide baru pemupuk jiwa
kreatif. Kita tidak bisa mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan
orang-orang baru, mendengarkan konsep-konsep baru, dan juga tidak bisa
mendapatkan informasi baru.
2.
Olah
keterbukaan : Bersikap fleksibel dan hormat menghadapi hal baru
Sebagaimana halnya rasa ingin tahu.
Keterbukaan adalah vital dalam jiwa kreatif. Dengan bersikap terbuka, kita
mampu menerima ide baru dan memadukannya ke dalam otak.
Orang-orang kreatif bersifat terbuka
terhadap gagasan, manusia, tempat, dan hal-hal baru. Kreativitas akan tumbuh
dan mekar jika kita membangunnya di atas wawasan orang lain. Jika kita menutup
diri, mengabaikan, atau mengolok-olok gagasan orang lain. Kita tidak akan pernah
meninggalkan zona kenyamanan untuk menemukan dunia luar yang membentang luas.
Ironisnya bahwa banyak orang merasa
lebih sulit membuka diri daripada menjadi ingin tahu. Mereka mau saja
bereksplorasi, namun begitu mendapat masukan ide ide baru yang tidak sejalan,
mereka malah menutup diri dan mengkritik, menolaknya dan bukan memadukannya
dalam hati dan jiwa. Ide baru tampak seperti mimpi buruk, sulit dimengerti dan
bertolak belakang dengan keyakinan yang ada sehingga membuat kita takut.
3.
Resiko:
keberanian meninggalkan zona kenyamanan.
Selain itu yang harus kita ketahui
adalah jiwa kreatif menuntut kita untuk berani menanggung resiko. Kalau tidak,
kebanyakan prestasi kreatif tak kan pernah terwujud. Misalnya penulis
menanggung resiko saat karya mereka dicetak lalu dipajangkan di toko-toko buku,
seniman ketika mengadakan pameran lukisan barang antik dan aktor saat tampil di
atas panggung atau di layar lebar. Kegiatan itu merupakan sangat beresiko.
Resiko kreatif bisa dikelompokkan ke
dalam banyak kategori, diantaranya:
- Resiko memasuki kegelapan. Kita bisa merasakan resiko ini secara naluri. Resiko ini timbul dari aktivitas yang menegangkan, termasuk petualangan fisik seperti melompat dari ketinggian, panjat tebing atau pun arung jeram dan juga yang bersifat aktivitas sosial seperti pidato di depan umum.
- Resiko menantang nasib. Kita merasakan resiko ini ketika ingin mencoba sesuatu yang kreatif, namun pernah dicoba dan gagal anda menyimpulkan bahwa kegagalan kedua sudah ditakdirkan. Meskipun pikiran rasional bersikereas menentang tindakan bodoh kita, tetapi jiwa berkata sebaliknya.
- Risiko untung-untungan. Resiko jenis ini ialah terkait dengan laba dan rugi berdasarkan firasat kreatif.orang-orang yang tidak berani menanggung resiko lebih suka menginvestasikan uang mereka secara konservatif, sementara mereka yang lebih mau menanggung resiko cenderung lebih mau mempertaruhkan kekayaan mereka.
- Resiko jadi bahan tertawaan. Jenis resiko ini terkait dengan kekuatiran akan ditertawakan atau ditolak oleh orang lain. Sehingga banyak orang menyingkir dari kehidupan kreatif.
4. Energi: Pendorong Kerja dan
Pemercik Hasrat
Sifat pamungkas yang dibutuhkan jiwa
kreatif ialah energi. Energi adalah percikan api yang menyalakan jiwa. Tanpa adanya
energi mental yang mencukupi, perburuan kreatif kita akan cacat karena
kekeliruan logika dan pemikiran jangka pendek yang mustahil bisa diterapkan. Tanpa
adanya energi fisik yang mencukupi, gagasan kreatif tak bisa dijalankan atau
terkurung dalam lemari dan jadi berkarat. Dapat dikatakan semua kreativitas
bertitik-tolak dari energi murni karena ide yang membentuk pemikiran kreatif
tidak lain hanyalah rangsangan-rangsangan listrik dalam otak kita. Tanpa energi dari gelombang otak, kreativitas mustahil terwujud.
Itulah keempat cara memperoleh jiwa
kreatif. Kalau sudah tahu ini saatnya kita peroleh jiwa kreatif agar hidup
lebih baik. Jangan menunggu terlalu lama lagi segera wujudkan jiwa kreatif
untuk mendongkrak kreativitas.
Semoga
artikel di atas bisa bermanfaat bagi pembaca. Temakasih
Salam
Kreatif!!!
Huslein
Slash
0 comments:
Post a Comment